Kain tradisional rasanya tidak dekat dengan gaya hidup anak muda. Kebanyakan dari para desainer dengan target market anak muda pun tak banyak menghadirkan batik atau tenun pada koleksi mereka. Seakan ingin memotivasi perancang dan anak muda mencintai tekstil asli Indonesia, Bazaar Fashion Week 2014 mengajak enam brand untuk membuat koleksi mini dengan tenun hasil UKM binaan Bank Mandiri.
Keenam brand terpilih itu, antara lain Lekat, Sere Simanjuntak, Opi Bachtiar, Monday to Sunday, I.K.Y.K, Danjyo Hiyoji. Yang menarik, tantangan mengolah kain tradisional tersebut merupakan pengalaman kali pertama bagi kebanyakan desainer. Rasa takut bercampur excited pun dirasakan para perancang selama proses pengerjaan. Meski begitu, para desainer berhasil menyuguhkan koleksi siap pakai bermaterial kain tradisional dengan gaya mereka masing-masing.
"Rasanya terus terang deg-degan karena baru pertama kali mengolah tenun jadi ready to wear," ungkap Syarifaj Liza Mashita, salah satu desainer Danjyo Hiyoji saat press conference sebelum acara, Sabtu (25/10/2014) di JCC Senayan, Jakarta Selatan.
Parade busana dibuka oleh brand Lekat. Fashion show bertajuk Sidemen-demen tersebut menampilkan songket Bali dari Kampung Sidemen sebagai sajian utama. Songket umumnya dijadikan detail dalam rangkaian busana berkesan kasual itu. Koleksi ini banyak menampilan warna alami seperti putih dan coklat dengan sesekali menghadirkan palet cerah seperti pink.
Menghadirkan busana untuk anak muda, tentu saja membuat Amanda Indah Lestari, desainer Lekat, menyuguhkan gaya yang tetap fun. Misalnya saja sebuah dress tak berlengan songket kaya warna berhias gelepai di bagian lengan. Kemudian sebuah long blazer lengan pendek songket abu-abu dan coklat dengan panel coklat di sisi. Busana itu dipadukan dengan kaus kuning serta rok midi bergelepai sehingga terlihat dinamis.
Kemudian, warna yang lebih vibrant hadir pada sekuen Sere Simanjuntak. Sere yang diberi kain tenun bernuansa shocking pink memilih teknik lipat. "Koleksi bertema Origami Form. Waktu pertama kali dikasih, kain itu saya bentangkan. Di situ saya lihat ada titik-titik, ada batasan-batasan yang bisa dilipat-lipat," ujar Sere.
Tenun yang dilipat itu umumnya dijadikan atasan, dress, serta rok. Teknik lipatan juga dihadirkan bermacam-macam, dari yang sederhana seperti kerutan minimalis sampai berbentuk pita. Ada pula rok yang dilipat sehingga tampil gembung. Meski banyak busana yang ditampilkan berpotongan lurus karena tekstur material yang kaku, sesekali Sere menerapkan organza transparan bernuansa serupa sehingga siluet tampak lebih flowy dan girlie.
Kontras dengan koleksi Sere Simanjuntak yang bright dan feminin, parade diteruskan oleh koleksi Opi Bachtiar nan edgy serta gelap. Diberikan kain tenun ikat Sumba, ternyata membuat Opi senang. Pasalnya, Ia telah lama mengagumi material ini. "Ada sebuah rekaman visual dari Timur Angin. Di situ, tergambar masyarakat asli Sumba. Saya terinspirasi dari kekuatan wanita menghadapi kondisi alam di sana," tutur Opi.
Benar saja, koleksi bertajuk Savannah itu tampak bold dengan potongannya yang moderen dan ekstravagan. Berbeda dengan koleksi yang tampil sebelumnya siluet Opi terbilang cukup rumit terlebih dengan detail lipat, gelepai, serta cut out. Hadir pula aksen rumbai, renda transparan, dan material kulit yang membuat busana menjadi kaya tekstur. Sebagai gambaran, hadir sebuah atasan one shoulder tenun coklat yang disuguhkan dengan teknik lipat. Bagian bawah dibuat berumbai dengan aksen manik. Sementara rok ditawarkan asimetris dan berlipit dengan detail material renda di bagian tengah.
Monday to Sunday juga memeriahkan fashion show ini. Brand dengan Melyun Mutiara dan Dita Adlecoat sebagai Creative Director itu menawarkan kesan androginy. Kain tenun bermotif grafis hitam putih yang diberikan pada mereka dikemas menjadi busana berstruktur yang lebih moderen. Tenun banyak dijadikan atasan dengan teknik lipat dan drapery yang apik. Sebagai bawahan, celana balon, rok berbelahan tinggi diterapkan untuk menghadirkan kesan muda. Sementara, ada pula strapless dress hitam yang dihiasi gelepai tenun di bagian dada dan sepanjang sisi sampingnya.
Selanjutnya, ada I.K.Y.K (I Know You Know) yang mengangkat inspirasi pahlawan wanita Indonesia. Parade bertajuk Giza yang berarti ksatria dalam bahasa Korea tersebut memunculkan busana tenun yang dimodernisasi dengan siluet dan cutting ala I.K.Y.K. Dari kejauhan tampilan ksatria terlihat dari kain yang diikatkan di atas kepala. Melihat lebih detail pada busana, koleksi banyak menampilkan aksen ikat pinggang dengan potongan yang longgar. Berbeda dengan I.K.Y.K biasanya yang banyak mengambil earthy tone kali ini warna lebih cerah, seperti kuning, oranye, serta merah. Salah satu yang menarik, seperti sebuah rok hitam asimetris yang setengahnya dihadirkan dengan bahan tenun motif bunga kaya warna. Sebagai atasan diterapkan kaus putih lengan pendek berlengan lebar dengan tali ber-tassel sebagai ikat pinggang.
Giliran paling akhir mungkin memang diberikan kepada yang paling spektakuler. Danjyo Hiyoji yang awalnya takut dalam mengerjakan tantangan ini berhasil menyuguhkan koleksi tenun unik dengan penggunaan serat benang yang bisa menyala dalam kegelapan. Tak hanya mengandalkan pakaian yang bisa menyala dalam gelap, detail busana juga cukup memesona. Tenun dengan dominasi warna merah dan hijau pada koleksi pria dan wanita itu dibuat edgy, baik sebagai detail pada bahan hitam atau ditampilkan utuh. Beberapa dress ditampilkan dengan slit yang tinggi sehingga flowy ketika dikenakan berjalan. Ada pula jaket bomber berdetail tenun yang dipadu dengan rok dengan slit di bagian tengah yang tampak trendy.
Monday, October 27, 2014