Maraton bukanlah olahraga lari yang ringan. Butuh ketahanan fisik yang kuat, karena jarak tempuh yang harus dilalui cukup panjang dengan waktu yang cukup lama. Sehingga tidak jarang mereka yang berguguran di tengah jalan.
Olahraga ini tidak hanya populer bagi kaum adam saja, para wanita pun bisa berpartisipasi mengikuti lomba yang menempuh jarak paling sedikit sekitar 37 kilometer ini. Tanpa ada perbedaan rute yang dilalui para pelari.
Seperti lomba Maraton di Austin, yang diadakan pada hari Minggu, 15 Februari lalu. Ada pengalaman haru bagi pelari maraton wnota asal Kenya, ia menyelesaikan lomba dengan merangkak, di mana tangan dan lututnya menyentuh garis finish.
Atlet bernama Hyvon Ngetich, memimpin pelari dari kaum hawa pada lomba tersebut, tapi saat kemenangan sudah di depan mata, ia mengalami kelelahan yang amat sangat. Ia pun tersungkur di jalanan.
Official yang berada di dekatnya langsung ingin memberikannya bantuan, dan kursi roda untuknya menyelesaikan lomba. Namun ia menolak, dan meneruskan kemenangan di depan matanya dengan cara merangkak.
Jika ada yang menawarkan bantuannya dan ia menerimanya, Ngetich pasti akan telah didiskualifikasi dari perlombaan. Namun perlombaan yang menghabiskan waktu sekitar 2 jam 54 menit 22 detik tersebut, berhasil ia selesaikan dengan sisa tenaganya.
Namun kemenangan bukan miliknya. Ia harus merelakan rekan senegaranya Cynthia Jerop, memenangkan perlombaan tersebut. Tetapi bagi penonton, ia disambut bagaikan pemenang lomba maraton tersebut.
"ia berlari paling berani, dan merangkak yang pernah saya lihat dalam hidup saya. Anda telah mendapatkan banyak kehormatan, dan saya akan memberikan hadiah uang untuk Anda," kata direktur perlombaan Austin Marathon John Conley.
"Selama dua kilometer terakhir, saya tidak ingat. Garis finish ... Aku tidak tahu," kata Ngetich.
Lomba maraton Austin adalah babak kualifikasi untuk lomba maraton bergengsi lainnya, yaitu Boston Marathon. (Daily Mail)
Wednesday, February 18, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment